Kamis, Januari 21, 2016

ANALISIS GENDER DALAM PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI SEKOLAH DI PROVINSI ACEH

ANALISIS GENDER DALAM PENDIDIKAN  JASMANI  KESEHATAN DAN REKREASI SEKOLAH DI PROVINSI ACEH
OLEH :
MUHARIL.S.Pd


A. Pendahuluan
Sekolah berperan penting untuk merubah pola pikir peserta didik termasuk  dalamnya perilaku-penlaku yang d1 anggap bras gender, oleh karena tu perlu mewujudkan satuan pendidikan berwawasan gender dalam pembangunan pendidikan memegang peran dan fungsi yang sangat strategis.
Pembelajaran anak terkait kesetaraan gender harus diberikan sejak dim. Kalau tidak, mereka kemungkinan akan melakukan diskrimhasi. Orangtua dan gum bisa berkontiibusi dalam hal ini. utama dalam mengajarkan, membimbing, dan memberikan pengetahuan soal gender pada anak. Namun, tak kalah pentmg adalah peran seorang guru yang sangat strategis untuk menanamkan sikap kesetaraan gender. Hal itu agar ketika mereka beranjak dewasa bisa responsu terhadap diskriminasi gender. Ketika sekali saja guru d sekolan menyentuh persoalan gender, anak-anak akan terus mengingatnya, hingga usia dewasa.
Sekolah merupakan suatu wadah pencidikan formal yang dikondisikan bagi anak didik yang bertujuan tidak hanya untuk pencapaian ilmu, namun wadah formal ini harapkan juga mampu menyi apkan anak didik dengan moral, etika yang diperlukan guna memasuki tahapan kehidupan selanjutnya secara berharkat dan bermartabat. Sekolah Dasar atau pendidikan sejenis seperti Madrasah Ibtidaiyah, dianggap merupakan jenjang pendidikan yang sangat 'strategi: ' dan 'penentu utama' bagi kerangka pembentukan basis kerangka berpikir domain kemanusiaan peserta didik, dalam membentuk sikap, pengetahuan, dan ketrampilan dasar.


Kerangka berpikir domain kemanusiaan peserta didik inilah kiianya yang kelak akan menentukan kualitas keh'dupannya dimasyarakat, dengan Framework domain kemanusiaan itu pula akan terbentuk streotip peserta didik dalam memandang dirinya dalam hubungannya dengan manusia lain, apakah menempatkan pada posisi yang sama dan sederajat untuk saling beker'a sama, ataukah akan menempatkan pada posisi yang tidak sama, untuk saling bermusuhan, melecehkan atau melakukan undakan diski.minas' (Fatimah, 2004)

Dengan masih banyaknya ditemukan bahan ajar (buku), lingkungan dan Guru yang belum responsive gender, akan berdampak pada pembentukan sikap dan perilaku anak yang akhirnya akan memperbesar ketinpangan gender. Selain -tu belum terlihat adanya ni'ai-nilai keadilan dan kesetaraan gender yang memadai dalam kegiatan-kegiatan yang mampu menunjrng kuali+as pembelajaran dan menjadikannya sebagai suatu kebutuhan.

Oleh karena :ai, penel dan tentang Kajian Kesetaraan Gender Dalam Pendidikan jasmani disekolah menjadi sangat perlu dilakukan. Dengan demikian pelaksanaan pendidikan berdasarkan persamaan jender dapat terwujud, sehingga tidak terjadi lap; diskriminasi terhadap perempuan khususnya dalam pendidikan yang merupakan faktor yang sangat penting dalam memberdayakan kaum perempuan. Hal ini sesuai dengan konferensi perempuan sedunia tahun 1995 yang menyerukan penghapusan diskriminasi dalam pendidikan dan menciptakan pend'dikan yang sensitif jender.

Secara rinci permasalahan yang ingin dikaji adalab sebaga. berikut:
1)   Apakah lingkungan sekolah dan disaat pembelajaran jasmani sudah berperspektif gender ?
 2). Apakah kegiatan- kegiatan di Sekolah dan pendidikan jasmani sudah berperspekt;f gender?.
 3). Apakah bahan dan sumber-sumber belajar pendidikan jasmani di Sekolah sudah berperspektif gender ?.
4). Apakah guru-guru  pendidikan jasmani di Sekolah sudah berperspektif gender ?
5). Bagaimana desain lingkungan pendid'kan, kelas, aktivitas dan SDM dalam pendidikan jasmani agar berpespektif gender.?

Membahas permasalahan gender berarti membahas permasalahan perempuan dan juga laki-laki dalam kehidupan masyarakat. Dalam pembahasan mengenai gender, termasuk kesetaraan dan keaailan gender dikenal adanya 2 aliran atau teori yaitu teori nurture dan teori nature. Namun demikian dapat pula dikembangkan satu konsep teori yang diilhami dari dua konsep teori tersebut yang merupakan kompromistis atau keseimbangan yang disebut dengan teori equi,;brium.
Pembedaan peran gender ini sangat membantu untuk memiivirkan kembali tentang pembagian peran yang selama ini dianggap telah melekat pada manusia perempuan dan laki laki. Dengan mengenal: perbedaan gender sebagai sesuatu yang tidak tetap, adak permanen sehingga memudahkan untuk membangun gambaran tentang realitas relasi perempuan dan laki4aki yang ainamis yang lebih tepat dan cocok dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat. Dengan memisahkan perbedaan jenifi kelamin biologis yang bersifat permanen dan stats itu tidak dapat digunakan sebagai alat analisis yang berguna untuk memahami relitas kehidupan dan dinamika perubahan relasi laki-laki dan perempuan.
Perbedaan konsep gender secara social telah melahirkan perbedaan peran perempuan dan laki-laki dalam masyarakat. Secara umum adanya gender telah melahirkan perbedaan peran, tanggung jawab, fungsi dan bahkan ruang tempat dimana manusia beraktivitas. Dengan demikian gender adalah perbedaan peran laki-laki dan perempuan yang dibentuk, dibuat dan dikontruksi oleh masyarakat dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Perbedaan konsep gender secara sosial telah melahirkan perbedaan peran perempuan dan laki- laki dalam masyarakat. Secara umum adanya gender telah melahirkan perbedaan peran, tanggung jawab, fungji dan bahkan ruang tempat dimana manusia beraktifitas. Sedemikian rupanya perbedaan gender itu melekat pada cara pandang masyarakat, sehingga masyaraKat senng lupa seakan-akan hal "tu merupakan sesuatu yang permanen dan abadi sebagaimana permanen dan abadinya ciri biologis yang dimiliki oleh perempuan dan laki-laki.
Statement yang mengemuka karenakan telah terjadi banyak ketimpangan gender di masyarakat yang diasumsikan muncul karena terdapat bias gender dalam pendi< kan Diantara aspek yang menui ukkan adanya bias gender dalam pendidikan dapat dilihat pada perumusan kurikulum dan juga rendahnya kualitas pendidikan. Implementasi kurikulum pendidikan sendiri terdapat dalam buku ajar yang digunakan di sekolah-sekolah. Reantas yang ada, dalam kurikulum pendidikan (agama ataupun umum) masih terdapat banyak hal yang menonjolkan laki-lak berada pada sektor publik sementara perempuan berada pada sektor domestik. Dengan kata lain, kurikulum yang memuat bahan piar bag. siswa belum bernuansa neutral gender baik dalam gambar ataupun ilustrasi kalimat yang dipakai dalam penjelasan materi.
Rendahnya kualitas pendidikan diakibatkan oleh adanya disknminasi gender dalam dunia pendidikan. Ada empat aspek yang disorot oleh Departemen Penc .dikan Nasional mengena: permasalahan gender dalam dunia penaidikan yaitu akses, parti ipasi, proses pembelaran dan penguasaan. Yang dimaksud dengan aspek akses adalah fasi;:tas pendidikan yang sulit dbapai. Di lingkungan masyarakat yang masili tradisional, umumnya orang tua segan mengirimkan anak perempuannya ke sekolah yang jauh karena mengkhawatirkan kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu banyak anak perempuan yang 'terpaksa' tinggal di rumah. Belum lag' beban tugas rumah tangga yang banyak dibebankan pada anak perempuan membuat mereka sulit meninggalkan rumah. Akumulasi dari faktor- faktor ini membuat anak perempuan banyak yang cepat meninggalkan bangku sekolah.

Jika sekolah memiiih jalan untuk tidak sekadar menjadi pengawet atau penyangga nilai-nilai, tetapi penyeru pikiran-pikiian yang produktif dengan berkolaborasi dengan kebutuhan zaman, maka menjar[1]' salah satu ugas sekolah untuk tidak membiarkan berlangsungnya ketidakadilan gender yang selama ini terbungkus rapi dalam kesadaran-kesadaran palsu yang berkembang dalam masyarakat. Sebaliknya ia harus bersikap kritis dan mengajak masyarakat sekolah dan masyarakat di sekitarnya untuk mengubah/membongkar kepalsuan-kepalsuan tersebut sekaligus mentransformasikannya meniaoi praktik-praktik yang lebih berpihak kepada kead'lan sesama, terutama kea ,;lan bagi kaum perempuan.
 laki-laki maupun perempuan. Lingkungan sekolah diarhkan sebagai tempat yang ada berada ai sekitar sekolah mulai dari halaman, kelas, lapangan olah raga labolatorium dan fasiiitas lainnya. Kelas merupakan salah satu tempat/ruang tempat belajar yang ditempat. pal: lg lama setiap harinya ketika anak anak berada di sekolah. Lingkungan akan sangat mempengaruh; cara pandang dan situasi kondusif udaknya terhadap anak.
Guru dan guru perempuan mesti menjadi pilar utama gender meanstrear ing, karena gender merupakan ideologi yang sangat tampak pada perilaku dan perbuatan sehari-hari. Pada masyarakat sekolah yang pada umumnya masih menganut budaya paternalistik,kondisi sedemikian, maka harus diupayakan guru mendapatkan akses terhadap dasar-dasar pengetahuan dan pendidikan gender terlebih dahulu, untuk membukakan pikiran dan nurani akan adanya persoalan tersebut. Karena persoalan gender merupakan persoalan budaya, maka 'pendidikan' gender kepada guru in mungkin tidak dapat d;'aksanakan secara konfrontatif dalam jangka waktu yang pendek.



Pada pertanyaan; apakah guru menjawab pertanyaan - pertanyaan anak laki-laki dan perempuan sama cepatnya. Lebih besar yang menjawab ya, antara lain di Hal yang dapat Lsimpulkan masih ada guru yang memperlakukan siswanya tidak sama antara perempuan dan laki-laki. Lebih lanjut penjelsan guru laki-laki tersebut adalah mereka tidak melakukan hal sama karena takut dikatakan terlalu dekat dengan siswa perempuan akan mendapat sorotan yang negatif dari masyarakat.
 menunjukan percentase 93,75%, kemudian 81,25% dan 79,17%. Daia tersebut di itas menuniukan bahwa hampir semua rswa balk laki-laki maupun perempuan dapat mengeijakan kegiatan-kegiatannya secara bersamaan tanpa ada pi1 h ka:, h atau pemilihan gender didalamnya.
Bahwa siswa laki-laki mendominasi penggunaan tempat bermain yang ada di luar kelas, yang mengatakan  Di sekolah, kegiatan pembekalan diberikan selama enam tahun berturut-turut. Pada saat inilah anak didik dikondisikan untuk dapat berc'kap sebaik-baiknya. Pengertian sekolah dasar sebagai bat.s pendidikan harus benar-benar dapat dipahami oleh semua orang seh./igga mereka dapat mengiKuti pola pendidikannya. Tentunya, dalam hal ini, kegiatan pendidikan dan pembelajarannya mengedepankan landasan bagi kegiatan selanjutnya. Tanpa pendidikan dasar, tentunya sulit bagi kita untuk memahami konsep- konsep baru pada tingkatan leb;h tinggi. Dan masih ada juga yang mengatakan bahwa guru perempuan belum seimbang. Pertemuan dan kebersamaan anak didik dengan satu guru selama mengikut proses pendidikan dalam tahun pelajaran menjadikan anak didik percaya di. i.
Keakraban yang tercipta selama interaksi edukasi menyebabkan kedekatan anak pada guru sedemikian rupa sehingga tidak harus melakukan adaptasi dengan banyak guru, harus disadari bersama bahwa proses adapta i bag seorang anak sangatlah sulit. Selalu ada sesuatu yang menghalangi komunikasi anak d,uii< dengan guru. Dan, penyelenggaraan proses pendidikan dan pembelajaran dengan sistem guru kelas merupakan langkah konkrit untuk hal tersebut.


contoh perilaku berkeadilan gender meniau sangat penting.
Semua kondisi tersebut dapat dijalani dan dilaksanakan sebaik- baiknya j'ka benar-benar memahami pengertian sekolah dasar dalam konteks yang luas. Pendidikan di tingkat sekolah dasar memang sangat menentukan kondisi pend;dikan di tingkat selanjutnya. Oleh karena itulah, maka guru kelas dmarapkan mampu melaksanakan tugas sebaik-baiknya. Dipundak para guru kelas inilah dngkat keberhasilan penuidikan tingkat sekolah dasar ditumpukan
Pembelajaran yang responsif gender, kurikulum dan pembelajaran nyang mengacu pada proses pembelajaran yang senantiasa memberikan perhatian seimbang bagi kebutuhan khusus baik bagi laki-laki maupun perempuan. Pembelajaran yang responsif gender tersebut mengharuskan kepada guru untuk memperhatikan berbaga' pendekatan belajar yang memenuhi kaidah kesetaraan dan keadi'an gender, baik melalui proses pembel; aran, hasil belr-jar, .iteraksi belajar mengajar, pengelolaan kelas, maupun dalam evaluasi. Atau dengan kata lain, konsep belajar yang membantu guru mengrtkan antara materi yang diaiarkannya dengan situasi dunia nyata siswa/siswi yang mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan mengintegrasikan prinsip- pnnsip akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat yang sama bagi peserta drcuk laki-laki dan perempuan.
konsep gender yang merupakan konstruksi pemosis perempuan dan laki-laki oleh masing-masing siswa di sekolah. Posisi perempuan dan laki-laki bersifat tidak tetap sesuai dengan budaya yang ada di tiap-+iap sekolah. Karena pemosisian perempuan berbeda-beda di tiap-tiap konstruksi gender, ketidakadilan yang dialaminya disebabkan faktor yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, konsep feminisme multikultural juga digunakan dalam penelitian ini. Mengajarkan suatu bahan pelajaran dengan baik, membutuhkan suatu usaha yang memerlukan pengorgar .sas'an yang matang dan semua komponen dalam situasi mengajar. Komponen itu antara lam pemilihan : metode, materi, tuiuan, media, evaluasi dan model pembelajaran. Dalam seluruh kegiatan belajar mengajar komponen model pembelajaran termasuk memegang peranan vang penting. Karena pemilihan strategi mengajar yang tepat dalam penggunaan model pembelajaran sangat menentukan hasil belajar siswa.
 Proses pembelajaran yang perolehan berwawasan kesetaraan dan keadilan gender perlu ditingkatkan karena masl'i terdapat berbagai gejala bias gender di sekolah. Laki-laki cenderung mas.n ditempatkan pada posis; yang lebih menguntungkan dalam keseluruhan proses pendidikan. Muatan buku-buku pelajaran yang mengungkap status dan fungsi perempuan dalam keluarga dan mayarakat belum sepenuhnya peka gender dan memuat konsep kesetaraan gender tersebut tentu akan berpengaruh dalam memelihara, dan meningkatkan kesetaraan dan keadilan gender di dalam proses pendidikan.



Untuk melakukan perubahan dalam suatu institusi pendidikan, tidak bisa melangkah berdasarkan asumsi-asumsi belaka, tetapi seyogyanya berdasarkan data-data yang lebih konkrit yang didapat dar' pengamatan, penelitian dan analisis kmus terhadap lembaga sekolah. Data-data inilah yang kemud an akan ujadikan patokan untuk melangkah dan mengambU keputusan-keputusan strategis dalam melakukan perubahan-perubahan yang dibutuhkan. Sekolah yang respom if gender, ya'tu suatu sekolah responsif gender dimana aspek akademik, sosial, lingkungan fisik, maupun lingkungan masyarakatnya memperhatikan secara seimbang kebutuhan spesifik

1 komentar:

  1. Bosan main ngak pernah menang???
    jangan kecewa Yukz bergabung dengan Winning303
    Dijamin HOKI bosku

    Winning 303 juga Banjir Hadiah gabung bersama kami dan Dapatkan Langsung

    Bonus New Member Slot 15%
    Bonus New Member Poker 10%
    Bonus New Member Sabung Ayam 10%
    Bonus New Member Sportsbook & Live Casino 20%
    Bonus Deposit 10% Setiap Hari
    Bonus Deposit 5% Sabung Ayam
    Bonus Cashback 5-10%
    Bonus 100% 7x Kemenangan Beruntun Sabung Ayam
    Diskon Togel Hingga 65%
    Bonus Rollingan Slot 1%
    Bonus Rollingan Poker dan Live Casino 0.5%

    Yang Lain Sudah Bergabung...Sekarang Giliran Anda....

    Customer Service 24 Jam
    Hubungi Kami di :
    WA: +6287785425244

    BalasHapus

Penguatan Program Mandatori optimalisasi Tugas Dan Fungsi APKS PGRI, LKBH PGRI serta pengelolaan Keanggotaan dan Keuangan melalui PGRI, SLCC PGRI dan DKGI Organisasi

Penguatan Program Mandatori optimalisasi Tugas Dan Fungsi APKS PGRI, LKBH PGRI serta pengelolaan Keanggotaan dan Keuangan melalui PGRI, SLCC...