ANALISIS GENDER DALAM PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI SEKOLAH DI
PROVINSI ACEH
OLEH :
MUHARIL.S.Pd
A.
Pendahuluan
Sekolah berperan penting untuk merubah pola pikir peserta didik
termasuk dalamnya perilaku-penlaku yang
d1 anggap bras gender, oleh karena tu perlu mewujudkan satuan
pendidikan berwawasan gender dalam pembangunan pendidikan memegang peran dan
fungsi yang sangat strategis.
Pembelajaran anak terkait kesetaraan gender harus diberikan sejak
dim. Kalau tidak, mereka kemungkinan akan melakukan diskrimhasi. Orangtua dan
gum bisa berkontiibusi dalam hal ini. utama dalam mengajarkan, membimbing, dan
memberikan pengetahuan soal gender pada anak. Namun, tak kalah pentmg adalah
peran seorang guru yang sangat strategis untuk menanamkan sikap kesetaraan
gender. Hal itu agar ketika mereka beranjak dewasa bisa responsu terhadap
diskriminasi gender. Ketika sekali saja guru d sekolan menyentuh persoalan
gender, anak-anak akan terus mengingatnya, hingga usia dewasa.
Sekolah merupakan suatu wadah pencidikan formal yang dikondisikan
bagi anak didik yang bertujuan tidak hanya untuk pencapaian ilmu, namun wadah
formal ini harapkan juga mampu menyi apkan anak didik dengan moral, etika yang
diperlukan guna memasuki tahapan kehidupan selanjutnya secara berharkat dan
bermartabat. Sekolah Dasar atau pendidikan sejenis seperti Madrasah Ibtidaiyah,
dianggap merupakan jenjang pendidikan yang sangat 'strategi: ' dan 'penentu
utama' bagi kerangka pembentukan basis kerangka berpikir domain kemanusiaan
peserta didik, dalam membentuk sikap, pengetahuan, dan ketrampilan dasar.
Kerangka berpikir domain kemanusiaan peserta didik inilah kiianya
yang kelak akan menentukan kualitas keh'dupannya dimasyarakat, dengan Framework domain kemanusiaan itu pula akan
terbentuk streotip peserta didik dalam memandang dirinya dalam hubungannya
dengan manusia lain, apakah menempatkan pada posisi yang sama dan sederajat
untuk saling beker'a sama, ataukah akan menempatkan pada posisi yang
tidak sama, untuk saling bermusuhan, melecehkan atau melakukan undakan
diski.minas' (Fatimah, 2004)
Dengan masih banyaknya ditemukan bahan ajar (buku), lingkungan dan
Guru yang belum responsive gender, akan berdampak pada pembentukan sikap dan
perilaku anak yang akhirnya akan memperbesar ketinpangan gender. Selain -tu
belum terlihat adanya ni'ai-nilai keadilan dan kesetaraan gender yang memadai
dalam kegiatan-kegiatan yang mampu menunjrng kuali+as pembelajaran
dan menjadikannya sebagai suatu kebutuhan.
Oleh karena :ai, penel dan tentang Kajian Kesetaraan Gender Dalam Pendidikan
jasmani disekolah menjadi sangat perlu dilakukan. Dengan demikian pelaksanaan
pendidikan berdasarkan persamaan jender dapat terwujud, sehingga tidak terjadi
lap; diskriminasi terhadap perempuan khususnya dalam pendidikan yang
merupakan faktor yang sangat penting dalam memberdayakan kaum perempuan. Hal
ini sesuai dengan konferensi perempuan sedunia tahun 1995 yang menyerukan
penghapusan diskriminasi dalam pendidikan dan menciptakan pend'dikan yang sensitif
jender.
Secara rinci permasalahan yang ingin dikaji adalab sebaga. berikut:
1)
Apakah lingkungan sekolah dan disaat
pembelajaran jasmani sudah berperspektif gender ?
2). Apakah kegiatan- kegiatan di Sekolah dan
pendidikan jasmani sudah berperspekt;f gender?.
3). Apakah bahan dan sumber-sumber belajar pendidikan jasmani di
Sekolah sudah berperspektif gender ?.
4). Apakah guru-guru pendidikan jasmani di Sekolah sudah
berperspektif gender ?
5). Bagaimana desain lingkungan
pendid'kan, kelas, aktivitas dan SDM dalam pendidikan jasmani agar berpespektif
gender.?
Membahas permasalahan gender berarti membahas permasalahan
perempuan dan juga laki-laki dalam kehidupan masyarakat. Dalam pembahasan
mengenai gender, termasuk kesetaraan dan keaailan gender dikenal adanya 2
aliran atau teori yaitu teori nurture dan teori nature. Namun demikian dapat
pula dikembangkan satu konsep teori yang diilhami dari dua konsep teori tersebut
yang merupakan kompromistis atau keseimbangan yang disebut dengan teori equi,;brium.
Pembedaan peran gender ini sangat membantu untuk memiivirkan
kembali tentang pembagian peran yang selama ini dianggap telah melekat pada
manusia perempuan dan laki laki. Dengan mengenal: perbedaan gender
sebagai sesuatu yang tidak tetap, adak permanen sehingga memudahkan untuk
membangun gambaran tentang realitas relasi perempuan dan laki4aki yang ainamis
yang lebih tepat dan cocok dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat. Dengan
memisahkan perbedaan jenifi kelamin biologis yang bersifat permanen dan stats
itu tidak dapat digunakan sebagai alat analisis yang berguna untuk memahami
relitas kehidupan dan dinamika perubahan relasi laki-laki dan perempuan.
Perbedaan konsep gender secara social telah melahirkan perbedaan
peran perempuan dan laki-laki dalam masyarakat. Secara umum adanya gender telah
melahirkan perbedaan peran, tanggung jawab, fungsi dan bahkan ruang tempat
dimana manusia beraktivitas. Dengan demikian gender adalah perbedaan peran
laki-laki dan perempuan yang dibentuk, dibuat dan dikontruksi oleh masyarakat
dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Perbedaan konsep gender secara sosial telah melahirkan perbedaan
peran perempuan dan laki- laki dalam masyarakat. Secara umum adanya gender
telah melahirkan perbedaan peran, tanggung jawab, fungji dan bahkan ruang
tempat dimana manusia beraktifitas. Sedemikian rupanya perbedaan gender itu
melekat pada cara pandang masyarakat, sehingga masyaraKat senng lupa
seakan-akan hal "tu merupakan sesuatu yang permanen dan abadi sebagaimana
permanen dan abadinya ciri biologis yang dimiliki oleh perempuan dan laki-laki.
Statement yang mengemuka karenakan telah terjadi banyak
ketimpangan gender di masyarakat yang diasumsikan muncul karena terdapat bias
gender dalam pendi< kan Diantara aspek yang menui ukkan adanya bias gender
dalam pendidikan dapat dilihat pada perumusan kurikulum dan juga rendahnya
kualitas pendidikan. Implementasi kurikulum pendidikan sendiri terdapat dalam
buku ajar yang digunakan di sekolah-sekolah. Reantas yang ada, dalam kurikulum
pendidikan (agama ataupun umum) masih terdapat banyak hal yang menonjolkan
laki-lak berada pada sektor publik sementara perempuan berada pada sektor
domestik. Dengan kata lain, kurikulum yang memuat bahan piar bag. siswa belum
bernuansa neutral gender baik dalam gambar ataupun ilustrasi kalimat yang
dipakai dalam penjelasan materi.
Rendahnya kualitas pendidikan diakibatkan oleh adanya disknminasi
gender dalam dunia pendidikan. Ada empat aspek yang disorot oleh Departemen
Penc .dikan Nasional mengena: permasalahan gender dalam dunia
penaidikan yaitu akses, parti ipasi, proses pembelaran dan penguasaan. Yang
dimaksud dengan aspek akses adalah fasi;:tas pendidikan yang sulit dbapai. Di
lingkungan masyarakat yang masili tradisional, umumnya orang tua segan
mengirimkan anak perempuannya ke sekolah yang jauh karena mengkhawatirkan
kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu banyak anak perempuan yang 'terpaksa'
tinggal di rumah. Belum lag' beban tugas rumah tangga yang banyak dibebankan
pada anak perempuan membuat mereka sulit meninggalkan rumah. Akumulasi dari
faktor- faktor ini membuat anak perempuan banyak yang cepat meninggalkan bangku
sekolah.
Jika sekolah memiiih jalan untuk tidak sekadar menjadi pengawet
atau penyangga nilai-nilai, tetapi penyeru pikiran-pikiian yang produktif
dengan berkolaborasi dengan kebutuhan zaman, maka menjar[1]'
salah satu ugas sekolah untuk tidak membiarkan berlangsungnya ketidakadilan gender yang selama
ini terbungkus rapi dalam kesadaran-kesadaran palsu yang berkembang dalam
masyarakat. Sebaliknya ia harus bersikap kritis dan mengajak masyarakat sekolah
dan masyarakat di sekitarnya untuk mengubah/membongkar kepalsuan-kepalsuan
tersebut sekaligus mentransformasikannya meniaoi praktik-praktik yang lebih
berpihak kepada kead'lan sesama, terutama kea ,;lan bagi kaum
perempuan.
laki-laki maupun perempuan. Lingkungan sekolah diarhkan sebagai tempat
yang ada berada ai sekitar sekolah mulai dari halaman, kelas, lapangan olah
raga labolatorium dan fasiiitas lainnya. Kelas merupakan salah satu
tempat/ruang tempat belajar yang ditempat. pal: lg lama setiap
harinya ketika anak anak berada di sekolah. Lingkungan akan sangat mempengaruh;
cara pandang dan situasi kondusif udaknya terhadap anak.
Guru dan guru perempuan mesti menjadi pilar utama gender meanstrear
ing, karena gender merupakan ideologi yang sangat tampak pada perilaku dan
perbuatan sehari-hari. Pada masyarakat sekolah yang pada umumnya masih menganut
budaya paternalistik,kondisi sedemikian, maka harus diupayakan guru mendapatkan
akses terhadap dasar-dasar pengetahuan dan pendidikan gender terlebih dahulu,
untuk membukakan pikiran dan nurani akan adanya persoalan tersebut. Karena
persoalan gender merupakan persoalan budaya, maka 'pendidikan' gender kepada
guru in mungkin tidak dapat d;'aksanakan secara konfrontatif dalam
jangka waktu yang pendek.
Pada pertanyaan; apakah guru menjawab pertanyaan - pertanyaan anak
laki-laki dan perempuan sama cepatnya. Lebih besar yang menjawab ya, antara
lain di Hal yang dapat Lsimpulkan masih ada guru yang memperlakukan siswanya
tidak sama antara perempuan dan laki-laki. Lebih lanjut penjelsan guru
laki-laki tersebut adalah mereka tidak melakukan hal sama karena takut
dikatakan terlalu dekat dengan siswa perempuan akan mendapat sorotan yang
negatif dari masyarakat.
menunjukan percentase 93,75%,
kemudian 81,25% dan 79,17%. Daia tersebut di itas menuniukan bahwa hampir semua
rswa balk laki-laki maupun perempuan dapat mengeijakan kegiatan-kegiatannya
secara bersamaan tanpa ada pi1 h ka:, h atau pemilihan gender
didalamnya.
Bahwa siswa laki-laki mendominasi penggunaan tempat bermain yang
ada di luar kelas, yang mengatakan Di sekolah, kegiatan pembekalan diberikan selama enam tahun
berturut-turut. Pada saat inilah anak didik dikondisikan untuk dapat berc'kap
sebaik-baiknya. Pengertian sekolah dasar sebagai bat.s pendidikan harus
benar-benar dapat dipahami oleh semua orang seh./igga mereka dapat mengiKuti
pola pendidikannya. Tentunya, dalam hal ini, kegiatan pendidikan dan
pembelajarannya mengedepankan landasan bagi kegiatan selanjutnya. Tanpa
pendidikan dasar, tentunya sulit bagi kita untuk memahami konsep- konsep baru
pada tingkatan leb;h tinggi. Dan masih ada juga yang mengatakan
bahwa guru perempuan belum seimbang. Pertemuan dan kebersamaan anak didik
dengan satu guru selama mengikut proses pendidikan dalam tahun pelajaran
menjadikan anak didik percaya di. i.
Keakraban yang tercipta selama interaksi edukasi menyebabkan
kedekatan anak pada guru sedemikian rupa sehingga tidak harus melakukan
adaptasi dengan banyak guru, harus disadari bersama bahwa proses adapta i bag
seorang anak sangatlah sulit. Selalu ada sesuatu yang menghalangi komunikasi
anak d,uii< dengan guru. Dan, penyelenggaraan proses pendidikan dan pembelajaran
dengan sistem guru kelas merupakan langkah konkrit untuk hal tersebut.
contoh perilaku berkeadilan gender meniau sangat penting.
Semua kondisi tersebut dapat dijalani dan dilaksanakan sebaik-
baiknya j'ka benar-benar memahami pengertian sekolah dasar dalam konteks yang
luas. Pendidikan di tingkat sekolah dasar memang sangat menentukan kondisi pend;dikan
di tingkat selanjutnya. Oleh karena itulah, maka guru kelas dmarapkan mampu
melaksanakan tugas sebaik-baiknya. Dipundak para guru kelas inilah dngkat keberhasilan
penuidikan tingkat sekolah dasar ditumpukan
Pembelajaran yang responsif gender, kurikulum dan pembelajaran
nyang mengacu pada proses pembelajaran yang senantiasa memberikan perhatian
seimbang bagi kebutuhan khusus baik bagi laki-laki maupun perempuan.
Pembelajaran yang responsif gender tersebut mengharuskan kepada guru untuk
memperhatikan berbaga' pendekatan belajar yang memenuhi kaidah kesetaraan dan
keadi'an gender, baik melalui proses pembel; aran, hasil belr-jar, .iteraksi
belajar mengajar, pengelolaan kelas, maupun dalam evaluasi. Atau dengan kata
lain, konsep belajar yang membantu guru mengrtkan antara materi yang
diaiarkannya dengan situasi dunia nyata siswa/siswi yang mendorong peserta
didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan mengintegrasikan prinsip- pnnsip
akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat yang sama bagi peserta drcuk laki-laki
dan perempuan.
konsep gender yang merupakan konstruksi pemosis perempuan dan
laki-laki oleh masing-masing siswa di sekolah. Posisi perempuan dan laki-laki
bersifat tidak tetap sesuai dengan budaya yang ada di tiap-+iap
sekolah. Karena pemosisian perempuan berbeda-beda di tiap-tiap konstruksi
gender, ketidakadilan yang dialaminya disebabkan faktor yang berbeda-beda pula.
Oleh karena itu, konsep feminisme multikultural juga digunakan dalam penelitian
ini. Mengajarkan suatu bahan pelajaran dengan baik, membutuhkan suatu usaha
yang memerlukan pengorgar .sas'an yang matang dan semua komponen dalam situasi
mengajar. Komponen itu antara lam pemilihan : metode, materi, tuiuan, media,
evaluasi dan model pembelajaran. Dalam seluruh kegiatan belajar mengajar
komponen model pembelajaran termasuk memegang peranan vang penting. Karena
pemilihan strategi mengajar yang tepat dalam penggunaan model pembelajaran
sangat menentukan hasil belajar siswa.
Proses pembelajaran yang perolehan
berwawasan kesetaraan dan keadilan gender perlu ditingkatkan karena masl'i
terdapat berbagai gejala bias gender di sekolah. Laki-laki cenderung mas.n
ditempatkan pada posis; yang lebih menguntungkan dalam keseluruhan
proses pendidikan. Muatan buku-buku pelajaran yang mengungkap status dan fungsi
perempuan dalam keluarga dan mayarakat belum sepenuhnya peka gender dan memuat
konsep kesetaraan gender tersebut tentu akan berpengaruh dalam memelihara, dan
meningkatkan kesetaraan dan keadilan gender di dalam proses pendidikan.
Untuk
melakukan perubahan dalam suatu institusi pendidikan, tidak bisa melangkah
berdasarkan asumsi-asumsi belaka, tetapi seyogyanya berdasarkan data-data yang
lebih konkrit yang didapat dar' pengamatan, penelitian dan analisis kmus
terhadap lembaga sekolah. Data-data inilah yang kemud an akan ujadikan patokan
untuk melangkah dan mengambU keputusan-keputusan strategis dalam melakukan
perubahan-perubahan yang dibutuhkan. Sekolah yang respom if gender, ya'tu suatu
sekolah responsif gender dimana aspek akademik, sosial, lingkungan fisik,
maupun lingkungan masyarakatnya memperhatikan secara seimbang kebutuhan
spesifik
Bosan main ngak pernah menang???
BalasHapusjangan kecewa Yukz bergabung dengan Winning303
Dijamin HOKI bosku
Winning 303 juga Banjir Hadiah gabung bersama kami dan Dapatkan Langsung
Bonus New Member Slot 15%
Bonus New Member Poker 10%
Bonus New Member Sabung Ayam 10%
Bonus New Member Sportsbook & Live Casino 20%
Bonus Deposit 10% Setiap Hari
Bonus Deposit 5% Sabung Ayam
Bonus Cashback 5-10%
Bonus 100% 7x Kemenangan Beruntun Sabung Ayam
Diskon Togel Hingga 65%
Bonus Rollingan Slot 1%
Bonus Rollingan Poker dan Live Casino 0.5%
Yang Lain Sudah Bergabung...Sekarang Giliran Anda....
Customer Service 24 Jam
Hubungi Kami di :
WA: +6287785425244