GEUDEU
GEUDEU GULAT OF ACEH
OLEH
:
MUHARIL.S.Pd
Geudeu-geudeu (atau
disebut juga deudeu) adalah salah satu seni bela diri tradisional
rakyat Pidie/Pidie Jaya. Seni bela diri ini seperti gulat yang
dimainkan oleh kaum laki-laki. Satu tim terdiri dari 3 orang. Biasanya
geudeu-geudeu ini dipertandingkan antar kampung,
diadakan setiap selesai panen padi.
Sejarah Geudeu Geudeu
Kisah kelahiran
geudeu-geudeu berawal dari usaha mengasah ketahanan mental dan jiwa laskar kerajaan.
Karena sangat berbahaya, olah raga keras ini tidak pernah memperebutkan juara,
karena bisa berakibat fatal. Di Pidie dan Meureudu, dahulunya, ketika masa luah
blang (pasca panen) atau saat bulan purnama,
geudeu-geudeu kerap dipertandingkan. Pemuda berbadan kekar berbondong-bondong
mengikutinya, meski tak ada hadiah selain badan yang lebam. Hadiahnya nyatanya
sering tak berwujud, hanya sebuah kebanggaan belaka yang jadi pemuas bagi
petarung yang menang. Adu fisik ini hanya sekedar 'pleh bren' alias
mengendurkan otot-otot yang tegang melalui pertarungan.
Kebanggaan lainnya, sering pula dianggap perkasa dan menjadi lirikan ujung mata
para gadis kampung.
Seni beladiri
Sebagai seni beladiri,
geudeu-geudeu merupakan olah raga keras, petarung geude-geude harus memiliki
ketahanan fisik dan mental yang kuat, tahan pukul dan
bantingan lawan. Selain itu petarung geudeu-geude juga dituntut kesabaran dan
ketabahan.
Di sinilah emosi
diolah. Bila emosi petarung tidak
stabil, maka bisa berujung pada kematian.
Kesabaran para pemain
diuji dengan berbagai lontaran kata-kata kasar dari para penonton. Karena itu
pula, sepanjang sejarah pertarungan geudeu-geude, belum pernah terjadi
pertarungan di luar arena. Artinya, sikap sportif para pemain sangat tinggi.
Meski di arena mereka babak belur dan bonyok, tapi di luar arena itu dianggap sebagai
sebuah kewajaran dan banyak dari petarung ini yang melanjutkan
Duduk-duduk/minum kopi bersama selepas pertandingan.
Akhir tahun 1980-an,
geudeu-geudeu masih sering dipertunjukkan di Beuracan, Kecamatan Meureudu, Kabupaten Pidie Jaya.
Biasanya pertarungan ini dibagi dalam dua katagori, yakni antar pribadi dan
antar perwakilan kampung. Siapa pun boleh ikut, syaratnya berani dan mampu
menahan pukulan serta hempasan lawan dan juga emosi tentunya.
Sistim permainan
Sistim pada permainan
geudeu-geudeu, para petarung terlebih dahulu dibagi dalam dua kelompok besar.
Petarung pertama tampil ke arena untuk menantang dua petarung lainnya dengan
mengkacak-kacak sambil 'Keutrep Jaroe' membunyikan jari . Arena biasanya
terbuat dari jerami yang berfungsi sebagai matras.
Petarung pertama yang
menantang dua lawan disebut ureung tueng (penantang). Sedangkan petarung yang
ditantang yang berjumlah dua orang tadi, disebut sebagai ureug pok (orang yang
menerima tantangan). Ketika diserang, petarung pertama akan memukul dan menghempas
dua petarung lain yang menyerangnya. Dan Khusus bagi ureung tueng boleh
menggunakan gempalan tanganya untuk memukul dimana saja, kecuali dibawah pusar.
Untuk ureung pok mereka hanya boleh membanting dan menghempas sambil mereka
berpegangan tangan. jika pegangan tangan ureng pok ini terlepas atau salah satu
dari mereka roboh akibat hantaman ureung tueng, maka mereka dianggap kalah.
Begitu juga dengan
ureung tueng, apabila ureung pok sanggup menghempas atau membantingnya maka dia
dianggap kalah.
Pada babak ke dua,
posisi pemain dibalik. Posisi tueng akan beralih ke pok, begitu juga
sebaliknya. Hal ini terus berlangsung dalam limit waktu tertentu (ronde).
Sampai salah satu pihak menang.
Wasit
Lazimnya sebuah
pertandingan, geudeu-geudeu juga dipimpin oleh beberapa orang wasit,
yang disebut sebagai ureung seumeugla (juri pelerai) yang biasanya berjumlah
empat atau lima orang. Para juri tersebut juga merupakan orang orang yang
tangkas dan kuat, sehingga mampu melerai para petarung.
Biasanya yang menjadi
ureung seumegla tersebut merupakan para mantan petarung geudeu-geudeu itu
sendiri, yang memiliki pengalaman dan insting soal geudeu-geudeu.
Seorang wasit
geudeu-geude bisa melihat apakah petarung itu memukul dengan sikap
profesionalisme atau emosional. Karena antara professional dan emosional
petarung itulah wasit berperan menentukan kapan sebuah pertarungan harus
dihentikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar