Rabu, Februari 18, 2015

Gangguan Fungsional Tangan Lengan Sinistra Akibat Fraktur Supracondylus Lateral Post Immobilisasi

Gangguan Fungsional Tangan Lengan Sinistra Akibat Fraktur Supracondylus Lateral Post Immobilisasi


BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan Ilmu teknologi dan ilmu pengetahuan pada era modern seperti saat ini sangatlah maju. Tetapi sangat disayangkan perkembangan tersebut khususnya dalam bidang ilmu kesehatan tidak tersosialisasi secara merata di kalangan msyarakat terkhusus pada masyarakat di pedesaan. Hal ini serta merta dapat menyebabkan angka kesakitan semakin meningkat setiap tahunnya.
Salah satu keadaan yang paling sering dialami oleh masyarakt terkait dengan kondisi kesehatan yakni seperti kondisi-kondisi trauma akibat kecelakaan. Biasanya tidak langsung dibawa ke rumah sakit melainkan dukun merupakan alternative pertamanya dalam mengatasi masalah tersebut. Tentunya hal demikian membawa dampak/berpengaruh dalam proses penyembuhannya. Salah satu dampak yang dialami adalah fraktur atau perpatahan pada tulang.

Dalam kondisi tersebut diatas, akan menyebabkan berbagai macam permasalahan. Untuk itu, peran fisioterapi dalam kasus ini sangatlah dibutuhkan, dimulai dari fase akut sampai pada fase pemulihan. Peran fisioterapi dalam hal ini berfungsi untuk menjaga, memelihara, memulihkan dan mengembalikan kapasitas fisik dan kemampuan fungsionl pasien sepanjang daur kehidupan.

 Pada kondisi fraktur olecranon, terdapat problem-problem fisioterapi yang dapat timbul diantaranya :
a.    Adanya nyeri
b.    Kekakuan sendi
c.    Gangguan ADL
d.    Keterbatasan gerak
e.    Terdapat pembengkakan
f.     Kelemahan 0t0t dll

BAB II
KERANGKA TEORI

A.   Anatomi Fisiologi
Pada extremitas superior terdiri dari lengan bawah dan lengan atas terbentuk dari os Humerus dan os radius, serta os ulna. Hubungan antara os humerus dengan radioulna bagian proximal merupakan salah satu persendian pada lengan yang disebut elbow joint. Seperti halnya persendian lainnya, elbow joint ini juga diperkuat oleh jaringan yang ada disekitarnya berupa ligament dan otot.
             Kedua lengan tersebut dihubungkan oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh ligament annulare yang melingkari kapitulum radius dan mengandung fibrokartilago triangularis. Membrane interoseus memperkuat hubungan ini sehingga radioulnar joint satu kesatuan yang kuat.
Humerus             Di Bagian bawah dari pada os humerus memiliki epicondylus yang biasanya terjadi fraktur. Hal ini dapat terjadi oleh karena adanya trauma atau benturan langsung maupun tak langsung pada tulang tersebut.

B.   Defenisi
       Fraktur adalah suatu keadaan discontinuetas pada tulang baik sebagian maupun seluruhnya. Fraktur mungkin tak lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau perintilan kortex. Biasanya, patahan itu lengkap dan fragmen tulang bergeser. Jika kulit diatasnya masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tertutup (sederhana), namun jika tulang yang mengalami fraktur/perpatahan menembus jaringan luar maka keadaan tersebut disebut fraktur terbuka (compound). Keadaan ini cenderung mengalami kontaminasi sehingga mudah menibulkan infeksi.
       Fraktur supracodylus lateral  terjadi karena trauma langsung atau tidak langsung pada sendi siku serta tarikan oleh otot triceps yang tiba-tiba. Pada kondisi fraktur, dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian  diantara lain ;
·         Tipe I, terjadi keretakan supracondylus lateral tanpa adanya pemisahan/tak bergeser
·         Tipe II, terjadi keretakan supracondylus lateral dengan disertai pemisahan/bergeser
·         Tipe III, fraktur supracondylus lateral yang bersifat komunitif.

C.   Patologi
             Tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan daya pegas untuk melawan tahanan. Fraktur dapat terjadi akibat :
a.    Peristiwa trauma, sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan dan dapat berupa langsung dan tidak langsung.
b.    Stress atau tekanan yang berulang-ulang sehingga dapat menyebabkan kerapuhan pada tulang dan mudah mengalami perpatahan.
c.    Terdapat factor abnormal patologi pada tulang misalnya tumor sehingga tulang dengan mudahnya mengalami fraktur.
             Pada fraktur supracondylus lateral yang paling sering dijumpai yakni fraktur kominutif yang disebabkan akibat pukulan langsung atau jatuh dengan posisi siku yang menyanggah berat badan. Selain itu, fraktur ini dapat pula diakibatkan oleh adanya kontraksi otot triceps yang berlebihan sehingga terjadi tarikan oleh otot.
       Fraktur memasuki sendi siku. Oleh karena itu, juga merusak kartilago artikular. Pada fraktur melintang, aponeurosis triceps dapat tetap utuh, dalam hal ini fragmen-fragmen fraktur tetap bersama.

D.   Gambaran klinis
             Lecet-lecet atau memar pada siku menunjukkan fraktur kominutif. Triceps utuh dan siku tidak dapat diekstensikan melawan gaya gravitasi. Pada fraktur melintang mungkin terdapat celah yang dapat diraba dan siku pasien tak dapat diekstensikan melawan tahanan. Pada sebuah kondisi fraktur, photo X sangat menentukan dalam penatalaksanaan fisioterapi setelah penganan oleh dokter. Hal ini dapat dilakukan dengan foto lateral yang diarahkan sebagaimana mestinya penting untuk memperlihatkan fraktur secara terinci, disamping kerusakan sendi yang berkaitan. Posisi caput radii harus diperiksa untuk melihat adanya dislokasi pada persendian elbow.
             Secara umum pada kondisi fraktur terdapat tanda-tanda atau gejala yang dapat kita lihat diantaranya :
a.    Nyeri (nyeri tekan)
b.    Bengkak
c.    Deformitas (kelainan bentuk atau tidak sesuai dengan bentuk normalnya/anatomisnya)
d.     Gangguan gerak.

E.   Komplikasi
             Penanganan yang lambat ataukah kurang dapat mendatangkan permasalahan baru yang mengakibatkan bertambahnya penderitaan bagi pasien. Komplikasi yang dapat ditimbulkan adalah :
·         Kekakuan sendi dapat terjadi berupa gangguan ekstensi siku. Namun dengan fiksasi internal yang tepat dan mobilisasi lebih awal dapat memperkecil timbulnya gerakan sisa. Non- union kadang-kadang terjadi setelah reduksi dan fiksasi yang tidak memadai pada fraktur melintang. Jika fungsi siku baik, non union ini dapat diabaikan namun jika tidak, maka diperlukan fiksasi internal kaku.
·         Osteoarthritis fraktur melibatkan sambungan siku sehingga dapat terjadi Osteoarthritis sekunder jika reduksi kurang sempurna. Keadaan ini biasanya dapat diterapi secara simptomatik.
·         Gangguan nervus ulnaris yang bersifat dini atau lanjut.
 
F.    Pengobatan

·         Fraktur kominutif dengan triseps yang utuh harus diterapi sebagai memar. Banyak dari penderita ini berusia tua dan mengalami osteoporosis, dan imobilisasi siku akan mengakibatkan kekakuan. Lengan diistirahatkan dalam kain gendongan selama seminggu, setelah itu dilakukan  sinar X untuk memastikan bahwa tidak terjadi pergesaran kemudian pasien dianjurkan untuk memulai gerakan aktif.
·         Fraktur melintang yang tak bergeser (yang tidak terpisah) ketika siku difoto dengan sinar X dalam posisi fleksi dapat diterapi secara tertutup. Siku diimobilisasi dengan gips pada posisi fleksi sekitar 600 selama 2-3 minggu dan kemudian latihan dimulai
·         Fraktur yang bergeser hanya dapt dipertahankan dengan membebat lengan pada posisi yang benar-benar lurus . mekanisme ekstensor harus diperbaiki denagn operasi. Fraktur direduksi dan ditahan dengan sekrup panjang atau lengan pemasangan kawat dengan tegangan (tension band wiring) kalau fragmen itu sangat kecil, fragmen itu dapat dieksisi dan trisep ditempelkan kembali pada ulna. Kain gendongan dipakai selama 3 minggu kemudian melakukan latihan atau gerakan-gerakan tertentu

BAB III
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
A.   Assesment
a.    Anamnesis
o   Umum
Nama                   : Tn. X
Umur                    : 10 tahun
Jenis Kelamin    : laki-laki
Agama                 : islam
Pekerjaan            : Pelajar
Alamat                  : Makassar
o   Khusus
Keluhan utama  : nyeri pada daerah elbow joint
Lokasi keluhan  : lengan bagian kiri
Sifat keluhan      : nyeri bersifat terlokalisir
Kapan terjadi      : 2 bulan yang lalu
GIPS di buka      : 1 bulan yang lalu
Penyebab            : trauma langsung pada elbow joint
RPP                     : 2  bulan yang lalu pasien terjatuh dari kendaraan. Awalnya pasien ditangani oleh seorang tukang urut. Namun pasien khawatir melihat keadaan lengannya. Saat itu pula pasien ke dokter Orthopedi. Setelah dilakukan X – Ray lengan pasien diimmobilisasi dengan gips sirculer dan dirujuk ke fisioterapi.
b.    Pemeriksaan Fisik
·         Vital sign
-          Tekanan darah         : 120/70 mmHG
-          Denyut nadi              : 26 kali/menit
-          Pernapasan              : 18 kali/permenit
-          Temperature              : 360 derajat celcius
·         Inspeksi
Statis
-          Pasien berjalan dengan posisi lengan lurus dan nampak enggan untuk digerakkan.
-          Terdapat bengkak dan kulit berwarna kemerah-merahan.
-          Terdapat pembengkakan disekitar elbow.
                              Dinamis
-          Penderita mampu menggerakkan wrist ke semua arah namun masih sangat hati-hati
-          Penderita mampu menggerakkan shoulder joint ke semua arah namun masih sangat hati-hati
-          Elbow tidak dapat ditekuk.
·           Palpasi
-          Temperatur yang tinggi
-          Terdapat nyeri tekan
c.    Pemeriksaan fungsi
a.    Aktif
Shoulder joint                             : Semua gerakan Normal
Elbow joint                      : Gerakan fleksi terbatas
Wrist Joint                       : Semua gerakan Normal
Jari-jari tangan               : Semua gerakan agak lemah
b.    Pasif              
Shoulder Joint                : Semua gerakan Normal
Elbow joint                      : Gerakan fleksi terbatas
Wrist Joint                       : Semua gerakan Normal
Jari-jari tangan               :  Semua gerakan normal 

d.    Pemeriksaan Spesifik
-  X  - Ray           : Sudah terjadi penyambungan tulang yang sempurna
-          R O M              : S. 50.0.65untuk gerakan fleksi
-          VAS                 :  6
-          M M T               :
o    Fleksor elbow          : 2
o    Ekstensor elbow     : 2
B.   Diagnosis Fisioterapi
“Gangguan Fungsional Tangan /Lengan Sinistra Akibat Fraktur Supracondylus Lateral Post Immobilisasi”


C.   Problematik Fisioterapi
-          Nyeri
-          Oedema
-          Keterbatasan ROM
-          Kelemahan otot
-          Gangguan ADL
D.   Tujuan Fisioterapi
-          Mengurangi nyeri
-          Mengurangi oedema
-          Meningkatkan kekuatan otot
-          Memperbaiki ADL
E.   PELAKSANAAN FISIOTERAPI
No
Problematik FT
Modalitas Terpilih
Metode
Tujuan
Dosis
1
Nyeri

TENS
Cooplanar
Mengurangi nyeri
3 x seminggu, coplanar, coplanar, 15 mnt
2
Oedema

IRR, massage
Kontak langsung
Mengurangi Oedema
3 x seminggu, 15 menit, lomineous
3
Kelemahan otot

Exercise therapy
AROMEX, PROMEX
Meningkatkan kekuatan otot
3 x seminggu, toleransi pasien, kontak langsung, 10 X REPETISI
4
Gangguan ADL

Latihan ADL
ADL makan, BAB dll.
Meningkatkan fungsi ADL
3 x seminggu, toleransi pasien, kontak langsung, 10 mnt


F.    EVALUASI
a.    Sesaat           
Setelah melakukan terapi, pasien Nampak puas dengan perubahan yang ada.
b.    Berkala         
Setelah beberapa kali terapi, pasien mengalami perubahan seperti diantaranya :
Þ    Nyer  yang berkurang dari nilai VAS 6 hingga nilai 3.
Þ    Peningkatan ROM dari 650 hingga 1000
Þ    Pembengkakan masih ada namun sudah berkurang dari sebelumnya.
Þ    Peningkatan kekuatan otot dari nilai otot 2 menjadi 4
Þ    Peningkatan fungsi ADL yang diikuti oleh karena peningkatan ROM dan nilai otot.

Follow Up
NO
TANGGAL
INTERVENSI
EVALUASI
1
Selasa, 11/11,07
Infra Red, Ultra sound, TENS, PROMEX, AROMEX
Nyeri, bengkak, ROM terbatas hingga gerakan fleksi hanya 650, nilai otot fleksor elbow = 2
2
Senin, 19/11/07
Infra Red, Ultra sound, TENS, PROMEX, AROMEX
Nyeri, bengkak, ROM terbatas hingga gerakan fleksi hanya 650, nilai otot fleksor elbow = 2
3
Rabu, 22/11/02
Infra Red, Ultra sound, TENS, PROMEX, AROMEX
Masih Nyeri, bengkak, ROM fleksi bertambah hingga 900, nilai otot fleksor elbow = 3
4

Infra Red, Ultra sound, TENS, PROMEX, AROMEX
Masih Nyeri, Bengkak sudah menurun, ROM fleksi bertambah hingga 1100, nilai otot fleksor elbow = 3






















BAB
PENUTUP
1.    Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, maka dapat dismpulkan bahwa :
a)    Fraktur merupakan suatu keadaan dicontinuetas pada tulang baik sebagian maupun seluruhnya.
b)    Fraktur supracondylus lateral dapat disebabkan oleh adanya trauma baik secara langsung maupun tidak langsung.
c)    Fraktur supracondylus lateral dapat diklasifikasikan dalam 3 tipe yakni fraktur kominutif, fraktur melintang tanpa disertai pergeseran dan fraktur dengan disertai dengan pergseeran.
d)    Fisioterpi memiliki peran penting dalam penanganan kondisi fraktur.

2.    Saran
a)    Bagi pasien diharapkan agar tidak putus asa dan lebih meningkatkan keyakinan dan semangat dalam melakukan latihan.
b)    Bagi keluarga, diharapkan lebih memotivasi pasien dalam membantu proses penyembuhan serta pengetahuan tentang hal-hal yang harus dan tidak boleh dilakukan oleh pasien.
c)    Bagi fisioterpis diharapkan untuk lebih mengetahui kasus dan penanganan pasien khususnya kondisi fraktur secara sistematis.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Illiza Sa`aduddin Djamal, SE Calon Terkuat Ketua PP PERPANI

Illiza Sa`aduddin Djamal, SE Calon Terkuat Ketua PP PERPANI Jakarta, Muharilsport. - Illiza Sa`aduddin Djamal, SE mantan walikota B...