Rabu, Februari 18, 2015

Gangguan Fungsional Tangan Lengan Sinistra Akibat Fraktur Supracondylus Lateral Post Immobilisasi

Gangguan Fungsional Tangan Lengan Sinistra Akibat Fraktur Supracondylus Lateral Post Immobilisasi


BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan Ilmu teknologi dan ilmu pengetahuan pada era modern seperti saat ini sangatlah maju. Tetapi sangat disayangkan perkembangan tersebut khususnya dalam bidang ilmu kesehatan tidak tersosialisasi secara merata di kalangan msyarakat terkhusus pada masyarakat di pedesaan. Hal ini serta merta dapat menyebabkan angka kesakitan semakin meningkat setiap tahunnya.
Salah satu keadaan yang paling sering dialami oleh masyarakt terkait dengan kondisi kesehatan yakni seperti kondisi-kondisi trauma akibat kecelakaan. Biasanya tidak langsung dibawa ke rumah sakit melainkan dukun merupakan alternative pertamanya dalam mengatasi masalah tersebut. Tentunya hal demikian membawa dampak/berpengaruh dalam proses penyembuhannya. Salah satu dampak yang dialami adalah fraktur atau perpatahan pada tulang.

Dalam kondisi tersebut diatas, akan menyebabkan berbagai macam permasalahan. Untuk itu, peran fisioterapi dalam kasus ini sangatlah dibutuhkan, dimulai dari fase akut sampai pada fase pemulihan. Peran fisioterapi dalam hal ini berfungsi untuk menjaga, memelihara, memulihkan dan mengembalikan kapasitas fisik dan kemampuan fungsionl pasien sepanjang daur kehidupan.

 Pada kondisi fraktur olecranon, terdapat problem-problem fisioterapi yang dapat timbul diantaranya :
a.    Adanya nyeri
b.    Kekakuan sendi
c.    Gangguan ADL
d.    Keterbatasan gerak
e.    Terdapat pembengkakan
f.     Kelemahan 0t0t dll

BAB II
KERANGKA TEORI

A.   Anatomi Fisiologi
Pada extremitas superior terdiri dari lengan bawah dan lengan atas terbentuk dari os Humerus dan os radius, serta os ulna. Hubungan antara os humerus dengan radioulna bagian proximal merupakan salah satu persendian pada lengan yang disebut elbow joint. Seperti halnya persendian lainnya, elbow joint ini juga diperkuat oleh jaringan yang ada disekitarnya berupa ligament dan otot.
             Kedua lengan tersebut dihubungkan oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh ligament annulare yang melingkari kapitulum radius dan mengandung fibrokartilago triangularis. Membrane interoseus memperkuat hubungan ini sehingga radioulnar joint satu kesatuan yang kuat.
Humerus             Di Bagian bawah dari pada os humerus memiliki epicondylus yang biasanya terjadi fraktur. Hal ini dapat terjadi oleh karena adanya trauma atau benturan langsung maupun tak langsung pada tulang tersebut.

B.   Defenisi
       Fraktur adalah suatu keadaan discontinuetas pada tulang baik sebagian maupun seluruhnya. Fraktur mungkin tak lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau perintilan kortex. Biasanya, patahan itu lengkap dan fragmen tulang bergeser. Jika kulit diatasnya masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tertutup (sederhana), namun jika tulang yang mengalami fraktur/perpatahan menembus jaringan luar maka keadaan tersebut disebut fraktur terbuka (compound). Keadaan ini cenderung mengalami kontaminasi sehingga mudah menibulkan infeksi.
       Fraktur supracodylus lateral  terjadi karena trauma langsung atau tidak langsung pada sendi siku serta tarikan oleh otot triceps yang tiba-tiba. Pada kondisi fraktur, dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian  diantara lain ;
·         Tipe I, terjadi keretakan supracondylus lateral tanpa adanya pemisahan/tak bergeser
·         Tipe II, terjadi keretakan supracondylus lateral dengan disertai pemisahan/bergeser
·         Tipe III, fraktur supracondylus lateral yang bersifat komunitif.

C.   Patologi
             Tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan daya pegas untuk melawan tahanan. Fraktur dapat terjadi akibat :
a.    Peristiwa trauma, sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan dan dapat berupa langsung dan tidak langsung.
b.    Stress atau tekanan yang berulang-ulang sehingga dapat menyebabkan kerapuhan pada tulang dan mudah mengalami perpatahan.
c.    Terdapat factor abnormal patologi pada tulang misalnya tumor sehingga tulang dengan mudahnya mengalami fraktur.
             Pada fraktur supracondylus lateral yang paling sering dijumpai yakni fraktur kominutif yang disebabkan akibat pukulan langsung atau jatuh dengan posisi siku yang menyanggah berat badan. Selain itu, fraktur ini dapat pula diakibatkan oleh adanya kontraksi otot triceps yang berlebihan sehingga terjadi tarikan oleh otot.
       Fraktur memasuki sendi siku. Oleh karena itu, juga merusak kartilago artikular. Pada fraktur melintang, aponeurosis triceps dapat tetap utuh, dalam hal ini fragmen-fragmen fraktur tetap bersama.

D.   Gambaran klinis
             Lecet-lecet atau memar pada siku menunjukkan fraktur kominutif. Triceps utuh dan siku tidak dapat diekstensikan melawan gaya gravitasi. Pada fraktur melintang mungkin terdapat celah yang dapat diraba dan siku pasien tak dapat diekstensikan melawan tahanan. Pada sebuah kondisi fraktur, photo X sangat menentukan dalam penatalaksanaan fisioterapi setelah penganan oleh dokter. Hal ini dapat dilakukan dengan foto lateral yang diarahkan sebagaimana mestinya penting untuk memperlihatkan fraktur secara terinci, disamping kerusakan sendi yang berkaitan. Posisi caput radii harus diperiksa untuk melihat adanya dislokasi pada persendian elbow.
             Secara umum pada kondisi fraktur terdapat tanda-tanda atau gejala yang dapat kita lihat diantaranya :
a.    Nyeri (nyeri tekan)
b.    Bengkak
c.    Deformitas (kelainan bentuk atau tidak sesuai dengan bentuk normalnya/anatomisnya)
d.     Gangguan gerak.

E.   Komplikasi
             Penanganan yang lambat ataukah kurang dapat mendatangkan permasalahan baru yang mengakibatkan bertambahnya penderitaan bagi pasien. Komplikasi yang dapat ditimbulkan adalah :
·         Kekakuan sendi dapat terjadi berupa gangguan ekstensi siku. Namun dengan fiksasi internal yang tepat dan mobilisasi lebih awal dapat memperkecil timbulnya gerakan sisa. Non- union kadang-kadang terjadi setelah reduksi dan fiksasi yang tidak memadai pada fraktur melintang. Jika fungsi siku baik, non union ini dapat diabaikan namun jika tidak, maka diperlukan fiksasi internal kaku.
·         Osteoarthritis fraktur melibatkan sambungan siku sehingga dapat terjadi Osteoarthritis sekunder jika reduksi kurang sempurna. Keadaan ini biasanya dapat diterapi secara simptomatik.
·         Gangguan nervus ulnaris yang bersifat dini atau lanjut.
 
F.    Pengobatan

·         Fraktur kominutif dengan triseps yang utuh harus diterapi sebagai memar. Banyak dari penderita ini berusia tua dan mengalami osteoporosis, dan imobilisasi siku akan mengakibatkan kekakuan. Lengan diistirahatkan dalam kain gendongan selama seminggu, setelah itu dilakukan  sinar X untuk memastikan bahwa tidak terjadi pergesaran kemudian pasien dianjurkan untuk memulai gerakan aktif.
·         Fraktur melintang yang tak bergeser (yang tidak terpisah) ketika siku difoto dengan sinar X dalam posisi fleksi dapat diterapi secara tertutup. Siku diimobilisasi dengan gips pada posisi fleksi sekitar 600 selama 2-3 minggu dan kemudian latihan dimulai
·         Fraktur yang bergeser hanya dapt dipertahankan dengan membebat lengan pada posisi yang benar-benar lurus . mekanisme ekstensor harus diperbaiki denagn operasi. Fraktur direduksi dan ditahan dengan sekrup panjang atau lengan pemasangan kawat dengan tegangan (tension band wiring) kalau fragmen itu sangat kecil, fragmen itu dapat dieksisi dan trisep ditempelkan kembali pada ulna. Kain gendongan dipakai selama 3 minggu kemudian melakukan latihan atau gerakan-gerakan tertentu

BAB III
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
A.   Assesment
a.    Anamnesis
o   Umum
Nama                   : Tn. X
Umur                    : 10 tahun
Jenis Kelamin    : laki-laki
Agama                 : islam
Pekerjaan            : Pelajar
Alamat                  : Makassar
o   Khusus
Keluhan utama  : nyeri pada daerah elbow joint
Lokasi keluhan  : lengan bagian kiri
Sifat keluhan      : nyeri bersifat terlokalisir
Kapan terjadi      : 2 bulan yang lalu
GIPS di buka      : 1 bulan yang lalu
Penyebab            : trauma langsung pada elbow joint
RPP                     : 2  bulan yang lalu pasien terjatuh dari kendaraan. Awalnya pasien ditangani oleh seorang tukang urut. Namun pasien khawatir melihat keadaan lengannya. Saat itu pula pasien ke dokter Orthopedi. Setelah dilakukan X – Ray lengan pasien diimmobilisasi dengan gips sirculer dan dirujuk ke fisioterapi.
b.    Pemeriksaan Fisik
·         Vital sign
-          Tekanan darah         : 120/70 mmHG
-          Denyut nadi              : 26 kali/menit
-          Pernapasan              : 18 kali/permenit
-          Temperature              : 360 derajat celcius
·         Inspeksi
Statis
-          Pasien berjalan dengan posisi lengan lurus dan nampak enggan untuk digerakkan.
-          Terdapat bengkak dan kulit berwarna kemerah-merahan.
-          Terdapat pembengkakan disekitar elbow.
                              Dinamis
-          Penderita mampu menggerakkan wrist ke semua arah namun masih sangat hati-hati
-          Penderita mampu menggerakkan shoulder joint ke semua arah namun masih sangat hati-hati
-          Elbow tidak dapat ditekuk.
·           Palpasi
-          Temperatur yang tinggi
-          Terdapat nyeri tekan
c.    Pemeriksaan fungsi
a.    Aktif
Shoulder joint                             : Semua gerakan Normal
Elbow joint                      : Gerakan fleksi terbatas
Wrist Joint                       : Semua gerakan Normal
Jari-jari tangan               : Semua gerakan agak lemah
b.    Pasif              
Shoulder Joint                : Semua gerakan Normal
Elbow joint                      : Gerakan fleksi terbatas
Wrist Joint                       : Semua gerakan Normal
Jari-jari tangan               :  Semua gerakan normal 

d.    Pemeriksaan Spesifik
-  X  - Ray           : Sudah terjadi penyambungan tulang yang sempurna
-          R O M              : S. 50.0.65untuk gerakan fleksi
-          VAS                 :  6
-          M M T               :
o    Fleksor elbow          : 2
o    Ekstensor elbow     : 2
B.   Diagnosis Fisioterapi
“Gangguan Fungsional Tangan /Lengan Sinistra Akibat Fraktur Supracondylus Lateral Post Immobilisasi”


C.   Problematik Fisioterapi
-          Nyeri
-          Oedema
-          Keterbatasan ROM
-          Kelemahan otot
-          Gangguan ADL
D.   Tujuan Fisioterapi
-          Mengurangi nyeri
-          Mengurangi oedema
-          Meningkatkan kekuatan otot
-          Memperbaiki ADL
E.   PELAKSANAAN FISIOTERAPI
No
Problematik FT
Modalitas Terpilih
Metode
Tujuan
Dosis
1
Nyeri

TENS
Cooplanar
Mengurangi nyeri
3 x seminggu, coplanar, coplanar, 15 mnt
2
Oedema

IRR, massage
Kontak langsung
Mengurangi Oedema
3 x seminggu, 15 menit, lomineous
3
Kelemahan otot

Exercise therapy
AROMEX, PROMEX
Meningkatkan kekuatan otot
3 x seminggu, toleransi pasien, kontak langsung, 10 X REPETISI
4
Gangguan ADL

Latihan ADL
ADL makan, BAB dll.
Meningkatkan fungsi ADL
3 x seminggu, toleransi pasien, kontak langsung, 10 mnt


F.    EVALUASI
a.    Sesaat           
Setelah melakukan terapi, pasien Nampak puas dengan perubahan yang ada.
b.    Berkala         
Setelah beberapa kali terapi, pasien mengalami perubahan seperti diantaranya :
Þ    Nyer  yang berkurang dari nilai VAS 6 hingga nilai 3.
Þ    Peningkatan ROM dari 650 hingga 1000
Þ    Pembengkakan masih ada namun sudah berkurang dari sebelumnya.
Þ    Peningkatan kekuatan otot dari nilai otot 2 menjadi 4
Þ    Peningkatan fungsi ADL yang diikuti oleh karena peningkatan ROM dan nilai otot.

Follow Up
NO
TANGGAL
INTERVENSI
EVALUASI
1
Selasa, 11/11,07
Infra Red, Ultra sound, TENS, PROMEX, AROMEX
Nyeri, bengkak, ROM terbatas hingga gerakan fleksi hanya 650, nilai otot fleksor elbow = 2
2
Senin, 19/11/07
Infra Red, Ultra sound, TENS, PROMEX, AROMEX
Nyeri, bengkak, ROM terbatas hingga gerakan fleksi hanya 650, nilai otot fleksor elbow = 2
3
Rabu, 22/11/02
Infra Red, Ultra sound, TENS, PROMEX, AROMEX
Masih Nyeri, bengkak, ROM fleksi bertambah hingga 900, nilai otot fleksor elbow = 3
4

Infra Red, Ultra sound, TENS, PROMEX, AROMEX
Masih Nyeri, Bengkak sudah menurun, ROM fleksi bertambah hingga 1100, nilai otot fleksor elbow = 3






















BAB
PENUTUP
1.    Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, maka dapat dismpulkan bahwa :
a)    Fraktur merupakan suatu keadaan dicontinuetas pada tulang baik sebagian maupun seluruhnya.
b)    Fraktur supracondylus lateral dapat disebabkan oleh adanya trauma baik secara langsung maupun tidak langsung.
c)    Fraktur supracondylus lateral dapat diklasifikasikan dalam 3 tipe yakni fraktur kominutif, fraktur melintang tanpa disertai pergeseran dan fraktur dengan disertai dengan pergseeran.
d)    Fisioterpi memiliki peran penting dalam penanganan kondisi fraktur.

2.    Saran
a)    Bagi pasien diharapkan agar tidak putus asa dan lebih meningkatkan keyakinan dan semangat dalam melakukan latihan.
b)    Bagi keluarga, diharapkan lebih memotivasi pasien dalam membantu proses penyembuhan serta pengetahuan tentang hal-hal yang harus dan tidak boleh dilakukan oleh pasien.
c)    Bagi fisioterpis diharapkan untuk lebih mengetahui kasus dan penanganan pasien khususnya kondisi fraktur secara sistematis.


Tes dan pengukuran pada semua cabang olahraga

Tes dan pengukuran pada semua cabang olahraga

Setiap atlit pada masing-masing cabang olahraga membutuhkan performa yg tinggi untuk meningkatkan prestasi. Performa yang tinggi dapat dicapai dengan program latihan jangka panjang yang teratur. Setiap cabang olahraga menuntut performa yang berbeda-beda, tetapi beberapa cabang olahraga membutuhkan performa yg sama.

Untuk mencapai performa yang tinggi bagi atlit, fisioterapi sebagai tim kesehatan perlu melakukan tes kemampuan fisik bagi atlit sesuai cabang olahraganya. Tes kemampuan fisik adalah tes yang sangat berkaitan dengan kondisi physical fitness setiap atlit. Pemberian tes kemampuan fisik disesuaikan dengan tuntutan pada setiap cabang olahraga.

Olahraga Anggar

Olahraga anggar membutuhkan daya tahan tubuh, strength, endurance, fleksibilitas, power dan speed, serta reaction time.

Tes-tes yang dibutuhkan :
- Tes VO2max.
- Strength test.
- Endurance test.
- Tes Flexibilitas.
- Tes Power
- Tes Speed.
- Tes Reaction time.

Olahraga Angkat Besi

Angkat Besi membutuhkan daya tahan tubuh, maksimal strength, endurance, fleksibilitas, power.

Tes-tes yang dibutuhkan :
- Tes VO2max.
- Strength test.
- Endurance test.
- Tes Flexibilitas.
- Tes Power

Olahraga Binaraga

Olahraga binaraga membutuhkan daya tahan tubuh, maksimal strength, endurance, fleksibilitas.

Tes-tes yang dibutuhkan :
- Tes VO2max.
- Strength test.
- Endurance test.
- Tes Flexibilitas.

Olahraga Gulat

Olahraga ini membutuhkan daya tahan tubuh, maksimal strength, endurance, fleksibilitas, power.

Tes-tes yang dibutuhkan :
- Tes VO2max.
- Strength test.
- Endurance test.
- Tes Flexibilitas.
- Tes Power

Olahraga Tinju

Olahraga ini membutuhkan daya tahan tubuh, maksimal strength, endurance, fleksibilitas, power, speed dan reaction time.
Tes-tes yang dibutuhkan :
- Tes VO2max.
- Strength test.
- Endurance test.
- Tes Flexibilitas.
- Tes Power
- Tes Speed
- Tes Reaction Time

Olahraga Senam
Olahraga ini membutuhkan daya tahan tubuh, strength, endurance, fleksibilitas, agility, balance, power dan speed.

- Tes-tes yang dibutuhkan :
- Tes VO2max.
- Endurance test.
- Tes Fleksibilitas.
- Agility Run test.
- Tes Power.
- Tes Balance
- Tes Speed

Atletik Nomor Sprint

Olahraga atletik ini membutuhkan daya tahan tubuh, strength, endurance, fleksibilitas, power dan speed.

Tes-tes yang dibutuhkan :
- Tes VO2max.
- Endurance test.
- Tes Fleksibilitas.
- Tes Power.
- Tes Speed.

Atletik Jarak Menengah dan Jauh

Olahraga tersebut membutuhkan daya tahan tubuh, strength, endurance, fleksibilitas, power dan speed.

Tes-tes yang dibutuhkan :
- Tes VO2max.
- Endurance test.
- Tes Fleksibilitas.
- Tes Power.
- Tes Speed.

Olahraga Bola Basket

Olahraga ini membutuhkan daya tahan tubuh, strength, endurance, fleksibilitas, agility, power dan speed, serta reaction time.

Tes-tes yang dibutuhkan :
- Tes VO2max.
- Endurance test.
- Tes Fleksibilitas.
- Agility Run test
- Tes Power.
- Tes Speed
- Tes Reaction time

Olahraga Volly Ball dan Volly Pantai


Olahraga ini membutuhkan daya tahan tubuh, strength, endurance, fleksibilitas, agility, power dan speed, serta reaction time.

Tes-tes yang dibutuhkan :
- Tes VO2max.
- Endurance test.
- Tes Fleksibilitas.
- Agility Run test
- Tes Power.
- Tes Speed
- Tes Reaction time

Olahraga Bulutangkis

Olahraga ini membutuhkan daya tahan tubuh, strength, endurance, fleksibilitas, agility, power, speed, dan reaction time.
Tes-tes yang dibutuhkan :
- Tes VO2max.
- Endurance test.
- Tes Fleksibilitas.
- Agility Run test
- Tes Power.
- Tes Speed
- Tes Reaction time

Olahraga Renang

Olahraga ini membutuhkan daya tahan tubuh, strength, endurance, fleksibilitas, agility, power dan speed.
Tes-tes yang dibutuhkan :
- Tes VO2max.
- Endurance test.
- Tes Fleksibilitas.
- Agility Run test
- Tes Power.
- Tes Speed

Olahraga Tenis Lapangan

Olahraga ini membutuhkan daya tahan tubuh, strength, endurance, fleksibilitas, agility, power, speed dan reaction time.
Tes-tes yang dibutuhkan :
- Tes VO2max.
- Endurance test.
- Tes Fleksibilitas.
- Agility Run test
- Tes Power.
- Tes Speed
- Tes Reaction time

Olahraga Tenis Meja

Olahraga ini membutuhkan daya tahan tubuh, strength, endurance, fleksibilitas, agility, power, speed dan reaction time.

Tes-tes yang dibutuhkan :
- Tes VO2max.
- Endurance test.
- Tes Fleksibilitas.
- Agility Run test
- Tes Power.
- Tes Speed
- Tes Reaction time

Olahraga Sepakbola

Olahraga ini membutuhkan daya tahan tubuh, strength, endurance, fleksibilitas, agility, power, speed dan reaction time.

Tes-tes yang dibutuhkan :
- Tes VO2max.
- Endurance test.
- Tes Fleksibilitas.
- Agility Run test
- Tes Power.
- Tes Speed
- Tes Reaction time

Olahraga Sepaktakraw

Olahraga ini membutuhkan daya tahan tubuh, strength, endurance, fleksibilitas, agility, power, speed dan reaction time.

Tes-tes yang dibutuhkan :
- Tes VO2max.
- Endurance test.
- Tes Fleksibilitas.
- Agility Run test
- Tes Power.
- Tes Speed
- Tes Reaction time

p3k dalam olahraga

Pencegahan Perawatan Cedera

1. Pemanasan dalam olahraga

Sebelum otot layak pakai, maka harus dipanaskan dulu. Prinsipnya, sama dengan mobil. Sebelum digunakan harus dipanaskan terlebih dulu, pemanasan berfungsi untuk meningkatkan aliran darah menuju otot.
Bila aliran darah yang mengalir menuju otot meningkat, maka oksigen dan nutrisi pun akan banyak bergerak ke otot.
Lewat pemanasan, hal itu akan terjadi. Alhasil, sebelum masuk ke olahraga inti, maka otot-otot telah siap untuk digerakkan.
Pemanasan bisa dilakukan selama 5-10 menit.
Gerakannya pun terbilang sangat mudah. Agar sirkulasi darah kamu bisa berjalan dengan baik, maka sebelum olahraga lakukan pemanasan dengan melakukan lari-lari di tempat.
Gerakan aerobik ringan juga sangat baik untuk pemanasan. Hal yang perlu diperhatikan adalah gerakan senam atau aerobik pada saat pemanasan intensitas geraknya harus rendah dan lambat.
Salah satu cara asyik untuk pemanasan adalah dengan jogging. Sebuah penelitian mengungkapkan, berlari-lari kecil dengan berhati-hati atau jogging merupakan salah satu langkah yang tepat untuk dilakukan sebelum berolahraga. Tak cuma itu, pengulangan gerakan tertentu selama aktif berolahraga juga akan menumbuhkan ketahanan otot yang sebenarnya.
Bagaimana bila olahraga dilakukan tanpa pemanasan dan stretching terlebih dahulu?
Olahraga yang dilakukan tanpa pemanasan dan peregangan otot dapat menimbulkan cedera pada otot dan sendi.
Dengan pemanasan dan stretching, terjadinya risiko cedera otot bakal bisa berkurang. Bila kita terkena cedera otot, maka rasanya sangat sakit. Kram otot, sakit otot, terkilir, atau keseleo merupakan bentuk cedera otot yang bisa dialami orang yang berolahraga tanpa melakukan pemanasan dan stetching.

a. Pentingnya Pemanasan

Mungkin kebanyakan dari kita selama ini terkadang meremehkan hal yang satu ini, padahal hal tersebut sangat penting sekali. Mungkin bagi yang belum merasakan cedera akan menganggap bahwa selama ini dia baik-baik saja dalam berolah raga tanpa melakukan stretching sebelumnya.
Hal ini diakui bukan hanya oleh para pemain profesional dari cabang basket, tetapi juga dari cabang olahraga lain. Terutama mereka yang pernah dibekap cedera pasti akan merasakan manfaatnya dan mengutamakan pemanasan sebelum berolahraga.Mesin saja yang notabene dibuat untuk melakukan hal-hal yang sama setiap waktu butuh waktu untuk “pemanasan”. Ambil contohnya Motor atau mobil, sebelum digunakan pertama kali dianjurkan pada pagi hari untuk dinyalakan terlebih dahulu selama beberapa saat.                               Efeknya tentu saja tidak akan dirasakan dalam waktu dekat, namun dampaknya tentu saja akan dirasakan dalam jangka panjang. Mesin yang setiap harinya melakukan “pemanasan” terlebih dahulu akan mempunyai umur yang lebih panjang dibanding dengan yang tidak.
Begitu juga dengan tubuh kita yang harus beradaptasi sebelum bermain basket. Bagi yang sudah terbiasa melakukan pemanasan sebelumnya tentu akan merasakan perbedaan ketika dalam permainan, seperti tubuh kurang lentur, akurasi dalam menembak berkurang, dan lain sebagainya.
Jadi akan lebih baik jika kita melakukan pemanasan sebelum bermain basket, selain fisik kita menjadi lebih siap dalam bermain juga akan meminimalisir cedera yang tentu saja tidak diinginkan oleh siapapun. Jika kita tidak terlalu ingat gerakan-gerakan dalam pemanasan, pemanasan yang paling simple adalah melakukan jogging atau lari-lari kecil terlebih dahulu sebelum bermain.
Olahraga merupakan aktifitas yang sangat berguna untuk kebugaran tubuh. Dengan berolahraga, jasmani dapat selalu tetap bugar dan sehat. Dengan berolahraga pulalah rohani dapat “segar” selalu. Untuk itulah, mengapa olahraga sangat penting untuk menjaga kebugaran tubuh secara keseluruhan.
Dalam berolahraga terdapat hal – hal penting yang patut dilakukan/diperhatikan. Salah satunya adalah pemanasan (warming up). Pada setiap olahraga dibutuhkan kerja kardiovaskuler yang berfungsi menyediakan oksigen. Untuk mengoptimalkan fungsi kardiovaskuler dalam berolahraga dibutuhkan pemanasan.

b. Macam-macam pemanasan

Pemanasan dibagi menjadi 2 macam yaitu pemanasan aktif dan pemanasan pasif. Pemanasan aktif (active warm up) bekerja dengan merangsang tubuh untuk menghasilkan panas. Caranya dengan latihan fisik secara aktif berupa latihan fisik ringan. Dengan latihan fisik itu suhu tubuh akan meningkat secara bertahap sesuai dengan intensitas dan durasi pemanasan.
Pemanasan pasif (passive warm up) merupakan pemanasan yang melibatkan panas dari luar tubuh misalnya mandi uap/sauna. Dengan pemanasan pasif secara tidak langsung tubuh akan menghasilkan panas sehingga suhu tubuh meningkat secara bertahap. Bila dibandingkan dengan pemanasan aktif, energi yang dikeluarkan oleh tubuh pada pemanasan pasif tidak seberapa besar karena tidak adanya pergerakan tubuh yang signifikan dalam menghasilkan energi panas.
Proses pemanasan dalam berolahraga sangat diperlukan tubuh untuk beradaptasi. Hal itu perlu diperhatikan karena dalam mengerjakan aktifitas dengan aktualitas normal menjadi aktualitas yang lebih tinggi diperlukan mekanisme kerja jantung yang optimal. Untuk itulah pemanasan sangat diperlukan dalam proses ini, karena dengan adanya adaptasi, kerja jantung akan meningkat secara berkala sehingga aliran darah ke otot menjadi baik.
Lain halnya bila olahraga dimulai tanpa pemanasan. Jantung akan dipacu secara cepat tanpa diberikan kesempatan untuk beradaptasi. Dengan tidak adanya waktu beradaptasi, sistem kardiovaskuler terutama kerja jantung untuk memompa darah ke bagian – bagian tubuh menjadi tidak optimal, akibatnya otot yang bekerja akan cepat lelah dan mungkin dapat terjadi cedera.
Pemanasan dengan intensitas yang cukup akan mengubah aliran darah secara bertahap. Sesaat sebelum berolahraga jumlah aliran darah yang mengalir ke otot motorik 15-20%. Setelah pemanasan, aliran darah akan meningkat hingga mencapai 70-75%. Dengan meningkatnya aliran darah secara bertahap, kerja jantung akan menjadi optimal dan otot penggerak mendapatkan nutrisi yang cukup.
Dalam melakukan pemanasan, faktor yang patut diperhatikan adalah pemanasan harus dilakukan sesuai kemampuan/kondisi fisik individu karena termogulator pada setiap orang berbeda. Intensitas dan durasi dalam pemanasan yang disarankan adalah kenaikan suhu tubuh sebesar 1 – 20 C. Kenaikan suhu tubuh sebesar itu cukup untuk menghasilkan panas yang optimal.
Berdasarkan tulisan diatas dapat disimpulkan bahwa pemanasan berperan penting dalam olahraga. Dengan pemanasan tubuh menjadi siap untuk melakukan setiap gerakan dengan aktualitas yang tinggi dan risiko kemungkinan cedera olahraga dapat dihindari (SS).

c. Bentuk latihan pemanasan

Sebelum memulai latihan kebugaran, melakukan pemanasan selama 5-10 menit. Untuk mengawalinya, lakukan aktivitas fisik intensitas rendah selama 5 menit seperti berjalan, jogging di tempat atau di atas trampolin. Melakukan gerakan memompa atau membuat gerakan melingkar dengan tangan untuk membantu memanaskan otot-otot tubuh bagian atas.
Studi masih terus berlangsung untuk menentukan teknik pemanasan yang tepat guna mencegah cedera. Pemanasan sebelum berolahraga dapat:
1. Meningkatkan aliran darah ke jaringan tubuh sehingga otot lebih lentur.
2. Meningkatkan pengiriman oksigen dan nutrisi ke otot dengan meningkatkan aliran darah.
3. Menyiapkan otot untuk peregangan.
4. Menyiapkan jantung untuk meningkatkan aktivitas.
5. Menyiapkan secara mental untuk olahraga yang akan dilakukan.
6. Membuat jalur syaraf ke otot siap berolahraga.

  1. 2. Pendinginan dalan olahraga
Setelah berolahraga, ada juga 1 hal yang tak kalah penting ySetelah berolahraga, ada juga 1 hal yang tak kalah penting yaitu pendinginan. Pendinginan setelah berolahraga artinya memperlambat tingkat aktivitas secara bertahap, dengan cara:
1. Membantu denyut jantung dan pernapasan secara bertahap kembali normal.
2. Membantu mencegah rasa pusing akibat menumpuknya darah di dalam otot-otot kaki jika aktivitas berat dihentikan secara tiba-tiba.
3. Menyiapkan otot untuk sesi latihan berikutnya esok hari.
4. Membuang produk sisa seperti asam laktat, yang dapat menumpuk di otot saat melakukan aktivitas berat.
a. Bentuk Pendinginan
Cooling down dilakukan dalam bentuk gerakan-gerakan pelemasan (relaksasi) yang dimaksudkan untuk menstabilkan kembali kedaan jasmani dan rohani siswa setelah melakukan latihan inti secara cukup melelahkan, aktif, dan dinamis. Waktu yang diperlukan untuk cooling down umumnya berkisar antara 5-10% waktu pelajaran (kurang lebih setara dengan 5-10 menit) dapat diselingi dengan dengan pengumuman atau penegasan guru tentang jalannya pelajaran yang baru berlangsung, dan diakhiri dengan doa bersama.
b. Untuk pendinginan yang efektif:
1. Melakukan latihan intensitas rendah selama setidaknya 5-10 menit.
2. Mengakhiri dengan melakukan peregangan selama 10 menit.
Waktu terbaik untuk melakukan peregangan adalah langsung setelah pendinginan, saat otot masih hangat dan responsif. Peregangan membantu melemaskan otot-otot dan meningkatkan fleksibilitas.
1. Penyebab terjadinya cedera.
Tak ada yang menyangkal jika olahraga baik untuk kebugaran tubuh dan melindungi kita dari berbagai penyakit. Namun, berolahraga secara berlebihan dan mengabaikan aturan berolahraga yang benar, malah mendatangkan cedera dan membahayakan diri sendiri.
Ada beberapa hal yang menyebabkan cedera akibat aktivitas olahraga yang salah. Menurut Wijanarko Adi Mulya, pengurus PBSI (persatuan bulutangkis seluruh Indonesia) Jawa Timur, aktivitas yang salah ini karena pemanasan tidak memenuhi syarat, kelelahan berlebihan terutama pada otot, dan salah dalam melakukan gerakan olahraga. Kasus cedera yang paling banyak terjadi, biasanya dilakukan para pemula yang biasanya terlalu berambisi menyelesaikan target latihan atau ingin meningkatkan tahap latihan.
Cedera olah raga disebabkan oleh:
– metode latihan yang salah
– kelainan struktural yang menekan bagian tubuh tertentu lebih banyak daripada bagian tubuh lainnya
– kelemahan pada otot, tendon dan ligamen.
Kebanyakan cedera ini disebabkan oleh penggunaan jangka panjang, dimana terjadi pergerakan berulang yang menekan jaringan yang peka.
Metode Latihan Yang Salah.
Metode latihan yang salah merupakan penyebab paling sering dari cedera pada otot dan sendi. Penderita tidak memberikan waktu pemulihan yang cukup setelah melakukan olah raga atau tidak berhenti berlatih ketika timbul nyeri.
Setiap kali otot tertekan oleh aktivitas yang intensif, beberapa otot mengalami cedera dan otot yang lainnya menggunakan cadangan energinya yang tersimpan sebagai glikogen karbohidrat.
Penyembuhan serat-serat otot dan penggantian glikogen memerlukan waktu lebih dari 2 hari.
Sebagian besar program olah raga diselenggarakan secara bergantian; hari ini melakukan latihan berat, hari berikutnya beristirahat atau melakukan latihan ringan.
Hanya perenang yang bisa melakukan latihan yang berat dan ringan setiap hari tanpa mengalami cedera. Kemungkinan daya ampung dari air membantu melindungi otot dan sendi para perenang.
Pemanasan akan membantu meningkatkan peredaran darah ke seluruh tubuh. Otot-otot dan jaringan di sekujur tubuh Anda dapat bergerak lebih leluasa, sehingga memperkecil resiko otot terkilir atau robek. Cedera dapat juga terjadi karena kurang memperhatikan dari beberapa factor dibawah ini, diantaranya adalah:
  • Pemanasan sebaiknya dimulai dengan aktifitas aerobik ringan. Misalnya: berlari-lari kecil selama 5 hingga 15 menit.
  • Lakukan peregangan dengan lembut, terutama pada otot-otot yang bakal banyak digunakan pada saat bertanding. Peregangan dilakukan dengan melakukan gerakan memutar dan menarik, secara berulang setiap 10-15 detik dengan waktu keseluruhan sekitar 15 menit.
  • Cobalah berlari cepat dan melompat tinggi dengan setengah atau tigaperempat kemampuan penuh Anda. Lakukan berkali-kali dalam interval pendek. Tujuan gerakan ini adalah meregangkan otot-otot dan persendian agar lebih fleksibel.
  • Lakukan pendinginan setelah selesai. Gerakan-gerakan aerobik sederhana dan peregangaan akan membantu melemaskan otot dan persendian. Gerakan tersebut akan membantu membuang limbah yang terbentuk di otot ketika sedang bekerja berat.
2. Macam-macam cedera.
Namun bila Anda kurang beruntung, dan mengalami cedera ketika berolahraga, apa boleh buat. Yang penting adalah melakukan prosedur dasar agar cedera tersebut tak makin parah.
  • Cedera kepala:
    Berhenti berolahraga. Jangan pernah bergabung kembali dalam pertandingan, sebelum paramedis memastikan bahwa cedera kepala Anda, tidak berbahaya.
  • Tulang patah:
    Kasus ini membutuhkan penanganan medis sesegera mungkin. Usahakan untuk tidak menggerakkan bagian tubuh yang mengalami patah tulang.
  • Luka terbuka:
    Segera hentikan pendarahan, dan berikan antiseptik untuk mencegah infeksi.
  • Otot tertarik atau robek:
    Segera kompres bagian tubuh yang terasa nyeri dengan es selama 10- 15 menit, dan istirahatkan selama 10 – 15 menit pula. Lakukan prosedur tersebut berulang-ulang, hingga nyeri reda.
  • Cedera olah raga yang sering terjadi adalah:
    – Patah tulang karena tekanan
    – Shin splints
    – Tendinitis
    – Lutut pelari
    – Cedera urat lutut
    – Punggung altit angkat besi
    – Sikut petenis
    – Cedera kepala
    – Cedera kaki.
Pencegahan cedera Olahraga:
  1. Pemeriksaan awal sebelum melakukan olahraga untuk menentukan ada tidaknya kontraindikasi dalam berolahraga
  2. Melakukan olahraga sesuai dengan kaidah baik, benar, terukur dan teratur
  3. Menggunakan sarana yang sesuai dengan olahraga yang dipilih (sepatu, kaos kaki, pelindung , dll)
  4. Memperhatikan kondisi prasarana olahraga seperti permukaan lapangan harus rata, dll
5.  Memperhatikan lingkungan fisik seperti suhu dan kelembaban udara sekelilingnya

Penguatan Program Mandatori optimalisasi Tugas Dan Fungsi APKS PGRI, LKBH PGRI serta pengelolaan Keanggotaan dan Keuangan melalui PGRI, SLCC PGRI dan DKGI Organisasi

Penguatan Program Mandatori optimalisasi Tugas Dan Fungsi APKS PGRI, LKBH PGRI serta pengelolaan Keanggotaan dan Keuangan melalui PGRI, SLCC...